REDEFINISI PERAN GURU MENUJU PENDIDIKAN ISLAM BERMUTU
Abstract
Dikotomi secular science dan religious science merubah pola pikir masyarakat muslim dalam beragama. Dari periode klasik yang memandang Islam sebagai ajaran komprehensif, berubah menjadi sebuah pemahaman yang memandang Islam sebagai agama yang hanya berorientasi kepada ritual. Dipahami bahwa pendidikan adalah proses yang memiliki continuity dan secara sadar dilakukan untuk mempersiapkan generasi yang memiliki pengetahuan dan nilai secara seimbang. Di sisi lain, dampak negatif dari kehidupan modern tidak dapat dihindari lagi oleh manusia modern, terutama dari aspek pendidikan. Untuk itu, berbagai unsur pada pendidikan harus terus menjaga keterkaitan yang telah ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Partisipasi dan kepedulian masyarakat yang masih rendah terhadap kemajuan dunia pendidikan harus diakhiri, seiring realisasi konsep school based management atau SBM. Aspek lain yang harus disiapkan adalah kualitas guru. Secara konsepsional, guru memiliki tiga fungsi, yaitu kognitif, moral dan inovatif. Agar menjadi sosok ideal di Indonesia, guru harus memenuhi delapan indikator, yaitu prinsip teologis, prinsip formal, prinsip fungsional, prinsip kultural, prinsip komprehensivitas, prinsip subtstansial, prinsip sosial dan prinsip identitas.Downloads
References
Abdul Muta’al Al-Sha’idy, Al-Mujaddidun fil Islam (Kairo: Darul Hamam lil Thaba’ah, tt.).
Ali Ashraf dan Sajjad Husain, Crisis in Muslim Education (Jeddah: King Abdulaziz University Press, 1979).
A. Syafiq Mughni, Dinamika Intelektual Islam Pada Abad Kegelapan (Surabaya: LPAM, 2002).
Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern (Yogyakarta: Ircisod, 2004).
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Jurgen Habermas, “Modernity: an Unfinished Project,” dalam The Post-Modern Reader, ed. Charles Jencks (New York: St. Martins Press, 1992).
Jeanne S. Mintz, Muhammad, Marx, Marhaen; Akar Sosialisme di Indonesia, terj. Zulhilmiyasari (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
John Naisbit dan Patricia Aburdence, Megatrend 2000 (London: Sidwick, 1990).
Karen Armstrong, A History of God (New York: Ballantine Books, 1993).
Louis O Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soerjono Soemargono (Yogyakara: Tiara Wacana, 1994).
Mukani, Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam (Malang: Madani Media, 2011).
_________ “Mendamba Guru Ideal Perspektif Kota Santri,” Rakyat Post, 16 Juli 2009.
_________, “Minim Karya Tapi Karya Gelar,” Rakyat Post, 1 Desember 2011.
_________, “Guru Bermutu dari Program Master Teacher,” Majalah Media, Maret 2013.
_________, “Ironi, Pendidik Jombang Menjiplak Disertasi,” Majalah Suara Pendidikan, No. 6, Pebruari 2013.
_________, “Guru Profesional Tak Cuma Tumpuk Portofolio,” Majalah Media, Oktober 2012.
_________, “Character Education di Indonesia,” Jurnal Islamica, Vol. 1 No. 2, Maret 2007 (Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel).
_________, “Sertifikasi, Menuju Guru Profesional?,” Kompas, 1 Oktober 2007, 6.
Nurul Yani, “Ijasah Instan dan Mental Pragmatis Guru,” Majalah Media, Desember 2013.
Osman Bakar, Tauhid dan Sains, terj. Yuliani Liputo (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994).
Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat (Jakarta: Rineka Cipta, 1997).
Copyright (c) 2016 Jurnal Pendidikan Agama Islam

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.